Senin, 27 Januari 2014

Makalah ''KIAT PENDIDIKAN DI MALUKU''

NAMA : FINARI UMAR NPM : 201212048 KELAS: 32 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kiat Pendidikan Matematika di Maluku”.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Tulehu, 27 Januari 2014 Penyusun DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN a. Perkembangan Matematika b. Keterbatasan Manusia dan Manusia sebagai wahana pendidikan BAB II. HAKIKAT MATEMATIKA a. Devenisi Matematika b. Karakteristik Matematika c. Sistem dan struktur Matematika serta Hakim tertinggi Matematika BAB III. MATEMATIKA SEKOLAH a. Devenisi Matematika sekolah b. Tujuan pendidikan Matematika c. Pola deduktif dan induktif d. Abstrak garis datar konkrit e. Number sense symbol sense BAB IV. NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA a. Arah pembelajaran peserta didik b. Aspek Kognitif c. Aspek Efektif d. Aspek Psikomotor Dan beberapa aspek lainnya BAB V. KIAT GURU MATEMATIKA a. Melihat masa depan b. Meningkatkan kemampuan Diri Guru c. Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik BAB VI. TANTANGAN PENDIDIKAN GURU a. Matematikawan dan pendidikan Matematika b. Pendidikan Guru Matematika BAB VII. TANTANGAN PENDIDIKAN GURU MATEMATIKA DI MALUKU a. Tantangan dan hambatan Guru Matematika di Maluku b. Solusi untuk meningkatkan kualitas Guru dan Peserta Didik BAB VIII. PENUTUP a. Saran b. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA BAB I. PENDAHULUAN A. Perkembangan Matematika • Matematika Tradisional setelah Indonesia terlepas dari penjajahan Kolonial, Pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. Matematika di letakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih di tekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi consensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang di perkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya. Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional atu adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu di hitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukankegunaan, bahasa ataau istilah dan symbol yang di gunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya. • Matematika Moderen Pengajaran Matematika Moderen resminya di mulai setelah adanya kurikulum 1975 modeli ni muncul karena adanya kemajuan teknologi. Sehingga mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran Matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J.PIAGET,W BROWNELL, J.P GUILDFORD, J.S BRUNER, Z. P DIENES, Dll. Sehingga semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran Matematika. Pnemuan-penemuan di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran Matematika dalam Negri, berbagai kelemahan Nampak jelas, kurang merangsang anak untuk tahu dan sebagainya. Akhirnya pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, dengan munculnya kurikulum 1975. • Matematika Masa Kini Pembelajaran Matematika masa kini adalah pembelajaaran era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan revolusi Matematika ke 2, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi Matematika pertama. Revolusi ini di awali oleh kekhawatiran Negara maju yana akan di susul oleh Negara-negara terbelakng saat itu, seperti: Jerman Barat, Jepang, Korea dan Taiwan. Pengajaran Matematika di tandai oleh beberapa hal, yaitu adanya kemajuan teknologi mutakhir seperti kalkulator dan computer. Perkembangan Matematika di luar negri tersebut berpengaruh terhadap Matematika dalam negri. Di dalam negri, tahun 1984, pemerintah melauncing kurikulum baru, alasannya adanya syarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menjadi karakteryang begitu nmelekat di era kurikulum tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar di berikan materi Aritmatika Sosial, sementara untuk sekolah menengah atas di berikan materi baru seperti computer. B. Keterbatasan Manusia dan Manusia Sebagai Wahana Pendidikan Hakikat Manusia, dimana manusia sebagai mahluk tuhan mempunyai kebutuhan bertakwa kepada tuhaan yang Maha Esa, manusia membutuhkan lingkungan hidup berkelompok untuk mengembangkan diri, manusia juga mempunyai potensi-potensi yang dapat di kembangkan dan kebutuhan maateri serta spiritual yang harus di penuhi, dan manusia itu pada dasarnya dapat Harus di didik serta dapat mendidik diri sendiri. BAB II. Hakikat Matematika A. Devenisi Matematika Matematika berasal dari bahasa Yunani, adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para Matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalaui metode Deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan devenisi-devinisi yang bersesuaian. Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek Matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matemaatikawan BENJAMIN PEIRCE menyebut Matematika sebagai ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulab yang penting. Di pihak lain ALBERT EINSTEIN menyatakan bahwa sejauh hukum-hukum matematika merujuk pada kenyataan, mereka tidaklah pasti dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk pada kenyataan. Melalui pemggunaan penalaran logika dan abstrak matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisik. Matematika praktis telah menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen. Maatematika selaalu berkembang, misalnnya di Cina, pada tahun 300 SM, DI India pada tahun 100 M. sehingga pada zaman Renainsans, ketika temuan baru matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan yang cepat, di dalam laaju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini. Kini matematika di gunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran atau medis, dan ilmu sosial seperti: Eknomi dan Psikology. Matematika terapan, cabang maatematika yang melungkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami daan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru dan kadang-kadang mengarah padaa pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti: Statistika dan Teori Permainan. BAB III. Matematika Sekolah A. Devenisi Matematika Sekolah Matematika sekolah merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu SD, SLTP, dan SLTA. Menurut Soedjadi (1995:1) matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. B. Tujuan Pendidikan Matematika Adapun tujuan dari matematika adalah: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola piker dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan 2. Mempersipakn siswa meggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari dan dalam mepelajari berbagai ilmu pengetahuan C. Pola Deduktif dan Induktif Salah satu ciri utama dalam mempelajari matematika adalah menerapkan penalara deduktif yaitukebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaransebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan matematika bersifat konsisten. Namundemikian, pembelajaran matematika dengan fokus pada pemahaman konsep dapat diawali denganpendekatan induktif melalui pengalaman khusus yang dialami siswa. Dalam pembelajaranmatematika, pola pikir induktif dapat digunakan untuk memahami definisi, pengertian, dan aturanmatematika. Kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan menyajikan beberapa contoh atau faktayang teramati, membuat daftar sifat-sifat yang muncul, memperkirakan hasil yang mungkin, dankemudian siswa dengan menggunakan pola pikir induktif diarahkan menyusun suatu generalisasi.Selanjutnya, jika memungkinkan siswa diminta membuktikan generalisasi yang diperoleh tersebutsecara deduktif. D. Abstrak dan Konkrit Dengan memahami pelajaran matematika, siswa juga akan lebih mudah mengikuti pelajaran sains lainnya karena dasar dari ilmu sains lain seperti fisika dan kimia menggunakan konsep-konsep matematika. Tak heran jika seorang ahli matematika Carl Friedrich Gauss menyebut matematika sebagai Ratu Sains, Queen of Science. Membangun pemikiran siswa yang kritis dan logis adalah salah satu peran dari guru matematika. Guru tidak hanya sekedar mengajarkan rumus–rumus abstrak kepada siswa ataupun menyelesaikan soal-soal dengan angka yang rumit, guru harus bisa menghubungkan matematika abstrak yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata para siswa. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Salah satunya adalah menunjukkan matematika yang abstrak kepada siswa agar bisa dinikmati dan dilihat siswa melalui pengaplikasian teori matematika dalam kehidupan sehari hari. Mengajarkan matematika yang aplikatif kepada siswa, agar menjadi pelajaran yang mudah dipahami, bukanlah perihal gampang. Selain memerlukan kemauan diri pribadi siswa untuk belajar matematika, dukungan dari orangtua dan guru sangatlah penting. Orangtua dapat memberi dukungan moral maupun materil kepada anaknya sedangkan guru matematika harus kreatif cara mengajarnya untuk menarik perhatian siswa dalam belajar matematika. E. Number Sense dan Simbol Sense Dalam menentukan materi matematika untuk setiap jenjang sekolah akan lebih baik jika dipahami benar materi matematika yang dapat dipandang sebagai titik peralihan. Tentu saja hal tersebut terkait erat dengan tujuan institusional yang ditetapkan untuk dieapai. Namun tidaklah mudah terlihat materi yang dapat dipandang sebagai titik peralihan. Banyak mahasiswa dan mahasiswi pendidikan tinggi yang tidak menyadari materi matematika yang merupakan titik peralihan dari "aljabar" ke "kalkulus" meskipun telah terampil menyelesaikan soal kalkulus. Dalam pelajaran kalkulus jelas banyak dijumpai bentuk-bentuk aljabar seperti fungsi, polinom atau suku banyak, dan sebagainya. Tetapi kalkulus sendiri berbicara tentang pendekatan-pendekatan suatu nilai yang diawali dengan bagian hitung differensial. Ini hanya mungkin bila ada materi peralihan yang menjembatani bagian matematika yang satu dengan bagian matematika yang lain, guru dapat mengatur pembelajarannya dengan lebih berhati-hati. Bagaimana dengan "Aritmetika" dan "Aljabar" Aritmetika dan aljabar yang dimaksud adalah yang menjadi inti pelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar, bukan dalbm. arti yang lebih tinggi seperti "aritmetika transfinit" ataupun "aljabar abstrak". Dalam aritmetika lebih ditekankan pada sifat-sifat bilangan. Pada aljabar, meskipun masih didominasi oleh penggunaan bilangan, sudah banyak digunakan simbol-simbol yang tidak langsung berupa bilangan. Nah, adakah materi atau obyek matematika yang menjadi titik peralihan dari aritmetika ke aljabar? Obyek matematika yang dapat dipandang sebagai titik peralihan dari aritmetika ke aljabar adalah "variabel" atau sering juga disebut "peubah". Variabel atau peubah adalah suatu simbol atau tanda yang belum menunjukkan anggota tertentu dari suatu himpunan. Himpunan yang dimaksud biasanya masih hanya himpunan bilangan. Notasi atau penulisan variabel itu dapat beranekaragam. Pada tahap awal tidak perlu langsung menggunakan huruf, tetapi dapat berupa tanda, misalnya atau atau .... , yang dapat diucapkan dengan kata "berapa"? Setelah siswa memahami kegunaan tanda-tanda itu barulah diubah menjadi huruf n, m, x, y, dan sebagainya. Penggunaan huruf sebagai variabel akan semakin banyak dalam pelajaran aljabar di SMP, yang umumnya masih terbatas diartikan bilangan yang belum tertentu atau belum diketahui. Jadi, pada jenjang sekolah dasar penekanan materi pada aritmatika. Akan tetapi, karena pengetahuan tentang bilangan tidak selalu dikaitkan dengan operasi atau pengerjaan hitung, digunakan istilah "number sense" atau "pemahaman bilangan "atau" kepekaan atas bilangan". Dengan demikian number sense meliputi hitung menghitung dan penggunaan bilangan yang tidak perlu dijumlah ataupun dikurangi dan sebagainya. Penggunaan bilangan tanpa pengerjaan hitung itu dapat dijumpai pada pemberian nomor rumah, nomor telepon, mementuka perkiraan tertentu dan lain-lain. Kegiatan yang melibatkan penggunaan bilangan seperti itu belum banyak muncul di kurikulum MI. Kalau di MI penekanan kepada "number sense" maka di MTS atau SMP penekanan kepada "symbol sense" karena simbol-simbol yang tidak selalu berarti bilangan itu banyak digunakan dalam matematika di MTS. Bagian ini merupakan pendasaran matematika yang teramat penting karena dengan aneka ragamnya semesta memungkinkan matematika digunakan di berbagai bidang kerja atau keilmuan. Penekanan semacam itu diperkirakan masih akan terpakai dalam kurikulum MI maupun MTs yang akan berlaku cukup lama. BAB IV. Nilai-nilai dalam Pendidikan Matematika A. Arah Pembelajaran Peserta Didik Pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan. B. Aspek Kognitif, Afektif, Spikomotor dan Beberapa Nilai lainnya Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yangmengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. b. Penilaian Afekif No. Nama Mengemukakan Pendapat Kerjasama Disiplin Skor Nilai c. Penilaian Psikomotor No. Kelompok Identifikasi Masalah Hasil Pengamatan Jumlah Skor Nilai Penilaian akhir dilakukan oleh pengajar dengan memperhatikan skor yang dimiliki oleh siswa. C. Perbedaan Penilaian Hasil Pembelajaran yang Didasarkan Pada Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Dalam suatu pembelajaran berhitung, maka dapat dibedakan proses penilaian antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Ranah kognitif dalam berhitung dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami hitungan secara tepat dan kritis. Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai kemampuan membaca, atau lebih khusus disebut sebagai kemampuan kognisi. b. Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca ; misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya, gemar membaca, malas membaca dan lain-lain. c. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan kegiatan berhitung. Aktivitas fisik pada saat berhitung. D. Mengidentifikasi Komponen Penilaian Proses Pembelajaran Penilaian dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Aspek penilaian kognitif terdiri dari: – Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus). – Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf). – Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah). – Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi). – Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di laboratorium). b. Aspek penilaian afektif terdiri dari: – Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar – Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dll – Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll – Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam organisasi sistem nilai – Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. c. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari: – Meniru (perception) – Menyusun (manipulating) – Melakukan dengan prosedur (precision) – Melakukan dengan baik dan tepat (articulation) – Melakukan tindakan secara alami (naturalization) E. Kriteria Penilaian Proses Pembelajaran Kriteria penilaian ditentukan oleh seorang pengajar atas dasar kemampuan peserta didiknya. Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung hingga materi yang disampaikan habis. Penilaian hasil belajar didasarkan pada: a. Sahih, didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang akan diukur. b. Obyektif, menggunakan prosedur dan kriteria penilaian yang jelas. c. Adil, tidak dipengaruhi oleh kondisi atau alasan tertentu yang dapat merugikan peserta didik, misalnya: kondisi fisik, agama, suku, budaya, adat, status sosial atau gender. d. Terpadu, tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. e. Terbuka, prosedur, kriteria dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penilaian harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan. f. Menyeluruh dan berkesinambungan, dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan belum, serta mengetahui kesulitan peserta didik. g. Sistematis, terencana, bertahap dan mengikuti langkah-langkah baku. h. Beracuan kriteria, menilai apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya). i. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya. BAB V. Kiat Guru Matematika A. Melihat Masa Depan Bagaimana caranya menumbuhkembangkan anak-anak agar mencintai matematika. Tentu permintaan ini tidak berlebihan setelah mereka, khususnya orangtua peserta didik merasakan anaknya tidak lagi mengeluh ataupun takut. Malahan mereka hampir setiap melakukan kegiatan dihubung- hubungkan dengan matematika. Salah satunya tatkala penulis memberikan permainan yang mampu membuat mereka berkutat dan tersenyum gembira dengan pelajaran ini. Yang lebih mengesan lagi laporan dari orang tua, bahwa anak-anak mereka hampir setiap orang yang ada di rumah ataupun yang dikenal dengan pasti akan diramal dengan matematika. Pendek kata, mereka tidak lagi alergi dengan pelajaran yang satu ini. B. Meningkatkan Kemampuan Diri Guru Guru merupakan faktor yang sangat dominan menentukan kualitas pendidikan. Guru memegang peran ganda sebagai pengajar dan pendidik. Guru dituntut tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer sejumlah materi pelajaran ke siswa, tetapi sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kretaif dan mandiri. Tugas yang berat tersebut hanya dapat dilakukan oleh guru profesional dan memiliki kompetensi tinggi. C. Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik Dalam penelitian khususnya di bidang pembelajaran di kelas, digunakan beberapa tindakan maupun upaya untuk mencapai target peningkatan mutu pendidikan atau peningkatan prestasi peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran ini beberapa aspek penting yang menjadi pusat perhatian antara lain pendekatan, strategi, metode, teknik dan model pembelajaran. Berikut defenisi dan perbedaan pendekatan, strategi, metode, teknik dan model pembelajaran menurut para ahli. 1). Pendekatan Pembelajaran a. Menurut Taufik (2010:12) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pemebelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya sudatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalanya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yairtu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). b. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:18), pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pengertian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar psikologis dan latar pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh gum bersama siswa. 2). Strategi Pembelajaran a. Menurut Wina Sanjaya yang dikutif oleh Taufik (2010:13), bahwa strategi-pembelajaru adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sirategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83) strategi mengajar dapat dikatakan sebagai keterampilan-keterampilan tertentu yang telah dikuasai guru dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga merupakan pola perilaku mengajar yang bertujuan membanhr siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran. c. Kozna yang dikutif oleh Uno (2008:1) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. 3). Metode a. Menurut Taufik (2010:13),metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pernbelajaran. Terdapat beberapa metode pernbelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembeiajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi, i.1) simulasi; (5) laboratorium; (5) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainva. b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83) Metode dapat pula diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Dan yang Iebih penting lagi adalah jika metode dapat dianggap sebagai suatu proses yang memungkinkan terjadinya belajar, maka metode tentu akan terdiri atas beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang dimaksud pada metode tertentu dapat pula digunakan pada metode mengajar lainnya c. Menurut Uno (2008:2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapanm tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Denganperkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik ; ang berbeda, d. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:18), Metode pembelajaran adalah seluuh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran terrnasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. 4). Teknik a. Menurut Taufik (2010:14), teknik pembelaiaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. b. Gerlach dan Ely yang dikutif oleh Uno (2008:2) teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai c. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:21), teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di dalam kelas diberikan berbagai peluang belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. d. Wina Senjaya (2008) teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik 5). Model Pembelajaran a. Menurut Taufik (2010:14), model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:52) bahwa model mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Sebuah model seperti juga model mengajar dikembangkan atas beberapa asumsi diantaranya adalah: (1) Mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang sesuai, dimana terdapat berbagai bagian lingkungan mengajar yang memiliki saling ketergantungan. (2) Terdapat berbagai komponen yang meliputi isi, keterampilan peranan-peranan mengajar, hubungan sosial, benfuk-benturk kegiatan, saranffasilitas pisik dan penggtlnaannya, yang keseluruhannya membentuk sebuah sistem lingkungan yang bagian-bagiannya saling berinteraksi yang mendesak perilaku seluruh partisipan baik guru mauplrn siswa. (3) As,msi ketiga adalah kombinasi yang berbeda antara bagian-bagian tersebut akan menghasilkan bentuk lingkungan yang berbeda dengan hasil yang berbeda pula. (a) Asumsi keempat adalah oleh karena model mengajar menciptakan lingkungan, maka model menyediakan spesifikasi yang masih bersifat kasar untuk lingkungan dalam proses mengajar-belajar di kelas. c. Menurut Prawiradilaga (2008:33) model dapat diartikan sebagai tampiolan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model disain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya yang mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses belajar dengan baik. d. Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran terrnasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. BAB VI. Tantangan Pendidikan Guru A. Matematikawan dan Pendidikan Matematika Matematikawan adalah seseorang yang bidang studi dan penelitiannya dalam bidang matematika. Istilah ini juga ditujukan kepada orang yang ahli ilmu Matematika. Sebagian orang percaya bahwa matematika telah dimengerti secara keseluruhan, padahal masih banyak masalah yang belum terpecahkan. Penelitian di berbagai bidang matematika terus berlangsung, dan penemuan baru di matematika dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Banyak jurnal yang memang khusus untuk matematika dan banyak juga mengenai subjek yang mengaplikasikan matematika (misalnya ilmu komputer teoritis dan fisika teoritis). Pendidikan matematika mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar dalam kehidupan kita. Dimana dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan pendidikan matematika selalu dipelajari di sekolah. Tidak hanya itu, pada kehidupan sehari-hari pun secara tidak langsung kita telah mempelajari matematika. Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu jual beli yang sering kita lakukan entah itu di pasar, toko, supermarket bahkan di Mall-mall. Itu hanyalah salah satu contoh pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya. Mungkin sampai sekarang ada yang masih kurang mengerti apa sih matematika itu? Seberapa pentingnya sih pembelajaran matematika buat kita? B. Pendidikan Guru Matematika Kompetensi yang menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami murid melalui pemahaman terhadap perkembangan kognitif murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan kemampuan murid. Kompetensi Kepribadian adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik. Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam.Kompetensi Sosial adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Lantas, mengapa sampai saat ini masih terkesan bahwa dampak profesionalisme tidak atau masih belum dapat dirasakan oleh seseorang yang menggeluti profesi sebagai guru? Karena guru belum sepenuhnya dapat mengembangkan keempat kompetensi utama yang menjadi keharusan bahkan kebutuhan untuk dimiliki. Hal ini terjadi salah satunya sebagai akibat dari tunjangan yang diterima guru profesional masih belum memadai untuk kebutuhan pengembangan diri. Untuk mengembangkan keempat kompetensi ini bukanlah sebuah pekerjaan ringan dan sederhana. Padahal pengembangan seluruh kompetensi profesional dari seorang guru harus senantiasa dilakukan dalam setiap melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Apa yang harus dilakukan jika kenyataan yang terjadi masih seperti ini? Inilah yang menjadi persoalan. Aku sendiri sebagai seorang guru hanya dapat berandai-andai tentang apa yang dapat kulakukan sehingga aku layak disebut sebagai guru profesional atau tepatnya sebagai guru matematika profesional. Kenyataan yang terjadi di lapangan ketika aku melaksanakan pembelajaran sering kali jauh dari profesional. Semakin banyak yang aku tahu tentang apa yang harus aku lakukan ketika melaksanakan proses pembelajaran terkait profesionalisme, semakin bertambah sering pula aku melakukan hal-hal yang sebetulnya tak profesional dalam proses pembelajaran BAB VII. Tantangan Pendidikan Guru Matematika di Maluku A. Tantangan dan Hambatan Guru Matematika di Maluku Menjadi guru di bagian timur Indonesia khususnya daerah Maluku bukanlah hal yang biasa-biasa, karena banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kemajuan teknologi. Pembelajaran dengan papan tulis atau whiteboard selalu menjadi hal yang dianggap wajar. Pemahaman siswa terhadap konsep matematika tidak mudah diperoleh tanpa media yang memadai dan kreativitas guru sebagai tenaga pengajarnya. Tersedianya media belajar yang memadai di sekolah tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak mampu berpikir kreatif dalam memanfaatkan media untuk menyampaikan konsep-konsep dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika diperlukan contoh-contoh nyata yang mudah dipahami agar siswa dapat menemukan konsep-konsep yang abstrak dalam pelajaran matematika. Namun tidak mudah mencari contoh-contoh nyata agar siswa mudah untuk menemukan dan memahami konsep-konsep matematika yang sulit. Dengan adanya aplikasi-aplikasi pendukung dalam pembelajaran matematika tentunya diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang efisien dan menyenangkan. Namun kemudian dengan adanya aplikasi-aplikasi tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak dapat menggunakannya. Guru harus belajar agar dapat menggunakan aplikasi-aplikasi ini dengan baik sehingga dapat membantu peserta didiknya lebih mudah dalam memahami konsep-konsep pelajaran matematika. B. Solusi Untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Peserta Didik Sudah banyak usaha-usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas guru dan pendidikan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Namun patut disayangkan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan guru tersebut dilaksanakan berdasarkan pandangan dari "luar kalangan guru ataupun luar pendidikan guru". Terlalu banyak kebijaksanaan di bidang pendidikan yang bersifat teknis diambil dengan sama sekali tidak mendengarkan suara guru. Pengambilan keputusan yang menyangkut guru di atas seakan-akan melecehkan guru sebagai seseorang yang memiliki "kepribadian". Sebagai contoh yang masih hangat adalah diintroduksirnya pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses belajar mengajar. Keyakinan para pengambil kebijaksanaan atas kehebatan CBSA telah mendorong dikeluarkannya penetapan keharusan guru untuk menggunakan pendekatan tersebut dalam proses belajar mengajar. Barangkali keyakinan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga berdasarkan hasil-hasil penelitian. Namun sayangnya penetitian-penelitian yang menyangkut proses belajar mengajar di kelas selama ini lebih banyak bersifat informatif sehingga jauh dari memadai dikarenakan penelitian tersebut melihat pengajaran pandangan "luar guru". Pengambil kebijaksanaan di bidang pendidikan tidak pernah menghayati apa dan bagaimana yang sesungguhnya terjadi di ruang-ruang kelas. Misalnya, dampak jumlah murid yang besar, keberanian murid untuk menyampaikan gagasan rendah, motivasi lebih terarah untuk belajar guna menghadapi tes daripada belajar untuk memahami pelajaran yang disampaikan guru, target materi pelajaran yang begitu berat bagi seorang guru, dan sebagainya. Kalau hal-hal tersebut mendapat perhatian niscaya kebijaksanaan yang berkaitan dengan pendekatan pengajaran bisa lain, paling tidak untuk sementara waktu. Ada tiga kegiatan penting yang diperlukan oleh guru untuk bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa terus menanjak pangkatnya sampai jenjang kepangkatan tertinggi. Pertama para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Tukar pikiran tersebut bisa dilaksanakan dalam perternuan guru sejenis di sanggar kerja guru, ataupun dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu. Kegiatan ilmiah ini hendaknya selalu mengangkat topik pembicaraan yang bersifat aplikatif. Artinya, hasil pertemuan bisa digunakan secara langsung untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Hanya perlu dicatat, dalam kegiatan ilmiah semacam itu hendaknya faktor-faktor yang bersifat struktural administrative harus disingkirkan jauh-jauh. Misalnya, tidak perlu yang memimpin pertemuan harus kepala sekolah. Kedua, akan lebih baik kalau apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah yang dihadiri para guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para guru sendiri. Dengan demikian guru harus melakukan penelitian. Untuk ini perlulah anggapan sementara ini bahwa penelitian hanya dapat dilakukan oleh para akademisi yang bekerja di perguruan tinggi atau oleh para peneliti di lembaga-lembaga penelitian harus dibuang jauh-jauh. Justru sekarang ini perlu diyakini pada semua fihak bahwa hasil-hasil penelitian-penelitian tentang apa yang terjadi di kelas dan di sekolah yang dilakukan oleh para guru adalah sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab para gurulah yang nyata-nyata memahami dan manghayati apa yang terjadi di sekolah, khususnya di kelas. Masih terlalu banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas yang sampai saat ini belum terpecahkan dan perlu untuk dipecahkan. Misalnya, langkah-langkah apa harus dilaksanakan untuk menghadapi murid yang malas atau mempunyai jati diri yang rendah atau pemalu di kelas. Bagaimana mendorong peserta didik agar mempunyai motivasi untuk membaca. Bagaimana cara menanggulangi peserta didik yang senantiasa mengganggu temannya. Masalah-masalah di atas jarang diteliti, kalaupun pernah diteliti maka pendekatannya terlalu teoritis akademis sehingga tidak dapat diterapkan dalam praktek proses belajar mengajar sesungguhnya. Ketiga, guru harus membiasakan diri untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan, khususnya lewat media cetak. Untuk itu tidak ada alternatif lain bagi guru meningkatkan kemampuan dalam menulis laporan penelitian.

Rabu, 12 Juni 2013

Kekuatan Kata

Kata-kata kadang memang menyihir, untaian kata indah bisa membuat orang-orang yang sedang di kuasai kemarahan, luluh seketika. sebaliknya, sebuah goresan pena yang tajam dapat  memuntahkan seratus tajamnya peluru dan mengobarkan api yang sulit di padamkan. api yang sesungguhnya atau api yang membakar jiwa kita.
Sebuah goresan pena tajamnya bisa melebihi seribu pedang. karena itu,berhati-hatilah memilih kata karena ia dapat mengubah kegembiraan menjadi genangan air mata duka. karena kata-kata pula, kesedihan bisa berubah menjadi senyuman bahagia.

Air Mata Ibu

Kalau tak pernah ada usapan sayang di waktu kecil, mungkin hari ini kita tak punya kekuatan jiwa untuk melangkah. kalau tak ada kecupan lembut dari pada Bunda untuk anak-anaknya, mungkin tak akan lahir kesejukan hati untuk menata hidup dengan lebih baik.
Satu malam kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, tak akan dapat disamai oleh tulusnya perhatian seorang bapak yang sangat sayang kepada anaknya. sekuat apa pun cinta seorang bapak, tak akan dapt menggantikan tugas seorang ibu dalam merawat anaknya. sebab, ia tak hanya memberi minuman untuk menguatkan badan. ia juga memberi kasih sayang. ia juga meneteskan keiklasan dan memberi dekapan yang membangkitkan pengalaman batin serta rasa aman bagi anak-anak yang di susuinya. semakin besar ketulusan hati dan pengharapan jiwa seorang ibu untuk kebaikan anaknya, semakin punya makna setiap tetes ASI susu di pancarkannya untuk hati, jiwa, otak, dan tubuh sang anak.

Indahnya Persahabatan bersama Teman-teman Paskibraka

Sahabat... kini ku tahu betapa pentingnya hidup ini bersama dengan kalian, awal pertemuanku dengan kalian ku merasa dunia baru yang belum pernah ku rasakan. perbedaan agama, dan suku tak menjadi masalah di antara kami. makan sepiring, tidur bersama, itulah yang kami lewati selama kurang lebih 1 bulan lamanya. kebersamaan, keeratan kami 28 orang tak pernah terlepas begitu saja. meski terpisah oleh jarak dan waktu tapi di hati, kita tetap bersama. pertemuan yang singkat membawa arti yang mendalam dan perpisahan yang luka membawa kesedihan untuk kami semua.

Tulisan Pertamaku

Alhamdulillah,, akhirnya saya telah membuat dan menulis tulisan pertamaku , semoga dengan ini dapat menambah pengetahuan kreativitas dan semangat dalam belajar dan mengetahui ilmu teknologi yang makin berkembang, seiring berjalannya zaman ke zaman.

Masa Putih Abu-abu akan berakhir

6 bulan waktu yang tersisa di Ma.Negeri Banda, masa-masa untuk merasakan pahit manis dengan pakean ala putih abu-abu. tak terasa waktu begitu cepat berlalu, ingin rasanya cepat-cepat selesai sekolah. tetapi terbayang olehku rasa jenuh yang tiada hentinya jika nanti terpisah dengan teman-teman, sungguh sangat tidak menyenangkan, apalagi takkan lagi ada jeritan tangis teman-teman, kekompakan, ketidakakuran, permusuhan, dan keisengan yang pernah kami lewati bersama, meskipun semua hanyalah masa lalu tapi selalu ku kenang. karena bagiku ''Tiada masa paling indah, masa-masa di SMA/Ma''.